Namanya Umum - Prototype Cerita [01]

Namanya Umum. Disaat yang seusianya gencar ngejar karier dan pencapaian khas orang dewasa, Umum konsisten menggeluti passion buang-buang waktu. Pemuda bertubuh ceking itu hampir tiap hari duduk menghabiskan waktu di trotoar jalanan depan gedung Balai Arkeologi ibukota hanya untuk menghitung jumlah kendaraan yang lewat. 

"Hari ini, Mister Wagyo, pagi sampai sore total kuhitung ada 7.811 kendaraan." katanya, melapor ke senior.

"Kamu yakin, anak muda?" Pak Wagyo skeptis menanggapi. Dengan mimik yang serius, sembari menyesap mbako lintingan, beliau melanjutkan, "Tiga detik sebelum jam lima, ketambahan tiga motor sama satu ambulan. Itu luput nggak kau hitung, Mum?"

"Serius, Pak?" 
"Ah, sialan, aku salah!" Umum agak kesal. 
"Tapi okelah. Tenang aja, masih ada hari esok, kok!" mendadak ia nyengir optimis.

Umum punya alasan tersendiri mengapa setengah tahun ini dia cuma sibuk ngitungin kendaraan lalu lalang. Bukan sebab kurang kerjaan, Umum ngelakuin itu tujuannya satu : menjaga kewarasan.

"Setidaknya, Mas Yow..."
"Melalui iseng aku ketemu seneng." Jawab Umum ketika ditanya Yono, salah seorang seniornya yang lain. 

Faktanya, memang Umum butuh rekreasi batin semacam itu. Karena jika tidak, pasti sudah sedari lama dia tewas ditikam kebosanan. Kewarasannya perlu dirawat, terlebih disela-sela misi menjengkelkan yang dibebankan organisasi kepadanya. 

Misi ini, bagi orang sekaliber Umum sebetulnya enteng saja. Saking entengnya, Umum dengan segala kapabilitasnya bisa saja menuntaskan misi itu secepat bajing meloncat. Hanya saja sial, SOP mengharuskan Umum untuk lebih banyak menunggu. Dan itu membosankan!

Dan tak ada lagi yang lebih menyebalkan dibanding saat ia setengah mampus dipaksa menjalani hari-hari membosankan, lalu ingatannya malah merecall keseruan pengalaman masa lampau. Selalu saja setelah itu Umum sentimentil jadinya.

Kondisi yang begitu, endingnya cuma bikin Umum rindu pada kerja-kerja yang terdahulu, yang setiap waktu hampir selalu penuh ketegangan. Momen-momen di mana dirinya mesti mencuci bersih kedua tangan yang berlumuran darah sehabis menuntaskan misi.

"Bau anyir darah penjahat selalu wangi begitu muncrat ke tanganku." kenangnya.

***

Konon, negara mendanai sebuah Organisasi Rahasia yang ditugaskan untuk membunuh dalam senyap. Organisasi ini, sudah 29 tahun lamanya menjadi satu dari tiga pilar utama -bersama polisi dan tentara- yang menopang keamanan negara. Bedanya dengan dua institusi serupanya, Organisasi Rahasia jauh lebih brutal dalam mengambil tindakan. Karenanya, mereka hanya turun gunung jika situasi negara benar-benar genting, nyaris gawat.

Organisasi ini berdiri pada 1991, tahun di mana Yang Mulia Jumbreng naik tahta menjadi presiden. 

Tahun itu situasi negara sedang kacau setelah Jumbreng berhasil melancarkan kudeta. Jumbreng pikir, mulusnya proses kudeta akan bikin hal lain setelahnya lebih gampang diatasi. Ternyata tidak, Jumbreng tidak menduga rakyat secinta itu pada presiden lama dan begitu murka pada dirinya. Seluruh elemen masyarakat kompak bersatu mengecam kudetanya dan, gelombang kerusuhan pun tak terbendung.

Jumbreng tidak bisa gegabah mengambil tindakan yang berpotensi langsung merusak citranya sebagai pemimpin baru yang baik hati. Dikala pusingnya itu kepala, datanglah si orang itu menghadap Jumbreng. Si orang itu mengatakan, dia dan kelompoknya mampu mengatasi huru-hara tanpa perlu mengorbankan satupun nyawa warga sipil biasa. Meski sempat gamang, akhirnya Jumbreng mempercayakan si orang itu - yang merupakan pendiri sekaligus pemimpin tertinggi organisasi rahasia - untuk bereskan kekacauan.

Ringkas cerita, Jumbreng terkejut dengan yang si orang itu lakukan. Lebih terkejut lagi begitu tahu gimana 'itu' berdampak setelahnya. Melihat hal-hal yang sulit untuk dinalar nyaris bikin kedua bola matanya loncat keluar. "Hah? Yang begitu beneran ada?" Jumbreng membatin tak percaya. Menyadari seberapa ngerinya 'itu' tak perlu panjang pikir bagi Jumbreng untuk segera mengajak si orang itu dan kelompoknya bergabung ke pemerintahan. 

Sejak hari itu dan seterusnya, Organisasi Rahasia selain bekerja menjaga kedaulatan negara, juga turut berjasa melanggengkan tampuk kuasa presiden Jumbreng, 29 tahun lamanya. 

Selama kurun waktu 29 tahun berkiprah, Organisasi Rahasia ada di tengah antara ada dan tiada. Satu sisi, kemunculan mereka selalu berarti musibah bagi musuh-musuhnya. Tak ada komplotan kriminal yang tak dihancurkan eksistensinya begitu dikunci sebagai target incaran Organisasi Rahasia. Di kalangan kriminil, pamor mereka semenakutkan itu. Bahkan hanya dengan mendengar satu saja nama dari tiga kapten Organisasi Rahasia disebut, seketika musuh negara dibikin merinding disko.

Di sisi seberang, eksistensi dari organisasi yang menjadi pemeran utama dalam menangani kerusuhan 1991 itu sama sekali tidak diketahui oleh publik. Juga banyak tindakan kriminil berbau politis lain yang berhasil diusut oleh Organisasi Rahasia, selalu saja diberitakan media bahwa yang menangani kasus itu kalau nggak polisi ya tentara. Sekalipun nggak pernah nama organisasi itu atau orang-orang yang terlibat di dalamnya, disebut di berita.

***

Anggota Organisasi Rahasia, tentu mereka bukan sembarang orang. Mereka adalah orang-orang terpilih yang selain punya daya pikir mumpuni, juga sudah didesain menjadi mesin pembunuh yang tak berperasaan. Organisasi Rahasia tidak membuka lowongan pendaftaran. Untuk perekrutan, organisasi punya mekanisme tersendiri guna menyeleksi orang seperti apa yang layak bergabung dengan mereka.

Organisasi punya divisi khusus yang tugasnya mencari dan menemukan si orang terpilih. Divisi khusus itu disebut sebagai penahbisan. Setiap tahun, organisasi rahasia menerjunkan dua puluh agen penahbisan untuk berpencar ke 20 kota berbeda. Agen-agen itu akan menetap di kota penugasan, sekurang-kurangnya sepuluh tahun lamanya.

Enam bulan sejak si agen menetap di kota penugasan, mereka harus sudah menemukan seorang anak berusia delapan tahun yang menurutnya layak direkomendasikan sebagai anggota. Setelah bocah delapan tahun itu di-acc pimpinan pusat, agen tersebut akan mulai menjalani misi yang terbilang berat, sepuluh tahun lamanya.

Si agen penahbisan dibebaskan untuk mengambil peran apapun yang mendukung misinya di kota penugasan. Menyamar dengan totalitas entah sebagai guru, bisnisman, tukang becak, atau bahkan pengangguran, terserah si agen. Sembari menjalani peran samaran itu, selama sepuluh tahun ke depan si agen dituntut untuk terus mengamati tumbuh kembang sekaligus menjalin kedekatan emosional dengan anak delapan tahun yang direkomendasikannya.

Di ujung misinya di kota penugasan, agen penahbisan akan memboyong si anak setelah menginjak usia delapan belas tahun ke ibukota untuk mengikuti seleksi penentuan layak tidaknya menjadi anggota Organisasi Rahasia.

Begitulah setiap tahun di markas Organisasi Rahasia selalu kedatangan dua puluh muda-mudi usia delapan belas tahun dari dua puluh kota berbeda. Mereka dikumpulkan dalam satu ruangan tanpa tahu kenapa bisa dan untuk apa mereka ada di sana. Di hadapan mereka, dua petugas dengan setelan lengkap serupa penjinak bom memanggil nama mereka satu persatu. 

Oleh dua petugas itu, mereka dikasih tahu fakta yang mengagetkan. Tentang siapa orang yang selama sepuluh tahun ke belakang akrab dengannya yang membawa mereka ke ibukota, juga tentang apa yang harus mereka lakukan kepada si orang terdekatnya itu. 

Kurang lebih seperti itu, proses seleksi penentuan menjadi anggota Organisasi Rahasia. Bagi yang berhasil, mereka yang telah terkurasi dan jumlahnya sedikit itu akan menjalani pelatihan intens 21 minggu sebelum resmi bergabung. Sedang bagi yang gagal, mereka dipastikan tidak pernah bisa pulang ke rumah masing-masing.

***

Sepengetahuan Umum, dulu memang bapaknya sempat merantau di ibukota. Dari sebelum dan sesudah menikah bahkan setelah Umum dilahirkan, puluhan tahun lamanya bapak mencari nafkah di tanah orang. Ketika Umum berusia delapan tahun, bapak berhenti merantau lalu memutuskan menetap di kota asalnya. Kemudiaan saat dia berusia delapan belas tahun, bapak mengajak Umum untuk seminggu plesiran di ibukota.

Sekarang, di ruangan ini Umum diberitahu fakta yang sebenarnya. Oleh mereka, dua petugas yang mengenakan setelan serupa penjinak Bom itu menjelaskan kepadanya bahwa bapak adalah Agen Penahbisan. Sepuluh tahun lalu, bapak ditugaskan menjalani misi yang kebetulan di kota asalnya, untuk mencari dan menemukan orang terpilih, calon anggota Organisasi Rahasia. Entah karena gak nemu yang lain atau merasa anaknya sendiri layak sesuai kriteria, Bapak merekomendasikan Umum mengikuti seleksi ini. 

Usai mendengar penjelasan mereka, Umum perlihatkan ekspresi datar di wajah. Reaksinya justru mengagetkan dua petugas tersebut. Mereka, petugas itu kemudian menunjuk ke satu pojok di ruangan ini. Di sana Umum melihat bapaknya sedang berdiri lemes. Petugas itu lalu menyodorkan sebuah pistol kepadanya dan sekali lagi, menunjuk ke arah bapaknya. Diambilnya pistol itu dan, Umum menembak bapaknya sendiri.

Berbarengan dengan ledakan pistol itu terdengar jerit dan tangisan dari kerumunan anak muda yang sebaya dengannya yang duduk lesehan menunggu giliran dipanggil. Setelah melihat darah mengalir dari tubuh bapaknya yang lunglai, pemuda ceking itu berbalik menghadap sembari membidik pistol ke kerumunan sebaya itu dan dor, si anak yang menjerit dan menangis itu ditembaknya juga. Lalu sekali lagi dor, Umum menembak jatuh seseorang yang berdiri di pojokan lain ruangan ini.

"Si cengeng itu cuma buang-buang waktu kalian.." ucapnya pada petugas.
"..dan orang yang berdiri di pojokan itu pasti bakal menembakku setelah aku menembak si cengeng itu." Umum melempar pistol yang beres dipake membunuh tiga manusia itu ke meja petugas, lalu melenggang dengan tenang menuju pintu bertuliskan "selamat datang." 

Umum paham, sejak dikumpulkan bareng sembilan belas orang yang sebaya dengannya di ruangan seleksi tadi, dia sudah kehilangan hak untuk bebas memilih. Sekalipun dua petugas itu sempat mengatakan, "Kalau mas Umum keberatan menjadi anggota Organisasi Rahasia, mas boleh pulang. Pintu keluarnya ada di sana." 

Tetapi, jika ia berjalan menuju pintu yang bertuliskan "selamat tinggal" itu, bapak sudah siap dengan pistolnya untuk melubangi kepala Umum. Dan seandainya bapak tidak tega untuk menembak Umum, dua petugas itulah yang akan turun tangan membunuh anak dan bapak yang terikat hubungan emosional itu. Membunuh atau dibunuh, hanya dua opsi itu yang akan menentukan seperti apa takdirnya ke depan.

Hari itu Umum dinyatakan lolos seleksi, kemudian mengikuti pelatihan intens 21 minggu sebelum akhirnya resmi bergabung menjadi anggota Organisasi Rahasia. Sejak resmi bergabung, Umum langsung menunjukan tajinya. Berbagai misi untuk anggota baru dengan tangkas disikat tuntas olehnya dan Umum menjadi buah bibir para senior yang takjub dengan kehebatan si pemula itu. 

***

Hanya butuh setahun di organisasi, Umum sudah dilibatkan dalam misi yang tergolong berat. Misi berat itu, meringkus Geng Not A yang meresahkan negara.

Geng Not A adalah komplotan teroris yang sangat membenci instansi kepolisian. Mereka semula cuma menebar propaganda dan terornya melalui grafiti atau selebaran pamflet bertuliskan 'all corps all bastard" di tembok dan tiang listrik pinggir jalan. Dengan itu mereka mengumumkan ke publik eksistensi Geng Not A. Makin lama, mereka makin dikenal dan mendapat julukan pemberontak tak kasat mata.

Sampai suatu hari, tepatnya dua tahun yang lalu, Geng Not A meledakan bom di dua kantor kepolisian di dua kota berbeda. Satu di kota Railok, satunya lagi kota Nempur. 

Negara merasa dikencingi sama aksinya Not A karena selain merusak fasilitas, juga diam-diam banyak warga sipil biasa yang hore dalam hatinya, memuji keberanian komplotan teroris itu. Negara langsung mengambil tindakan menerjunkan intel aparat untuk memburu mereka. Namun setahun pemburuan tak dapat ditemukan di mana keberadaan markas Not A. 

Sampai kelompok ini muncul dengan sendirinya dan menyebarkan selebaran pamflet bertuliskan angka 10, negara yang was-was segera meminta Organisasi Rahasia untuk turun gunung. Maka tibalah hari itu, senjakala Geng Not A.

Umum bangga betul dirinya dilibatkan dalam misi memusnahkan komplotan teroris itu. "Keberuntungan pemula," begitu Umum membatin, teringat kutipan di Novel Alkemis yang dulu dibelikan bapak. Tetapi Umum paham, Not A pasti akan habis-habisan melawan balik. "Gagal artinya mati." Ucap Umum sebelum berangkat ke medan perang.

Sebulan lamanya satuan khusus yang diterjunkan organisasi rahasia menyisir belantara, sebelum akhirnya dalam sehari semalam, Umum dan pasukan terlibat baku tembak cukup intens melawan Not A. 

Peluru itu melesat melalui moncong MG 42 yang ditembakkan pemimpin Not A ke salah seorang rekan terdekat dan paling akrab dengan Umum. Umum murka demi melihat dia tersungkur dan jauh lebih murka setelah tiga peluru berikutnya ditembak beruntun yang membuat rekan terdekatnya itu berhenti bernafas. Umum bersembunyi sejenak, mencoba sebisa mungkin meredam amarahnya sebelum bergerak. 

Setelah amarah mereda, Umum cepat menembakan senapan dan berhasil tepat menembus dengkul pemimpin Not A, Kamerad Seples Utuh. Pemimpin tertinggi komplotan teroris itu langsung longsor, terkapar di tanah. Dua peluru berikutnya disusul Umum tembakkan ke dua arah berbeda, jitu mengenai dada dan kepala dua anggota Not A yang mencoba membalas tembak. 

Secara beruntun Umum menembakan lima peluru ke udara sebagai aba-aba dan bergegas menuju Kamerad Seples yang tertatih-tatih mencoba mengambil senapannya. Sebelum sempat pemimpin itu meraih senjatanya, Umum sekali lagi melesatkan peluru dan mengenai lengan kanan yang membuat Kamerad Seples terpental jatuh. 

Kini, berbondong-bondong puluhan pasukannya mengerubungi Seples, setelah Umum mengalungkan borgol di kedua tangan sang kamerad. Umum mengumumkan Ultimatum ke anggota teroris yang tersisa bahwa pimpinan mereka terborgol tak berdaya, Not A dinyatakan kalah, dan akan lebih bijak jika kroco-kroco itu memilih menyerah. Not A, bukan apa-apa. Dalam sekejap mereka dilenyapkan oleh Organisasi Rahasia yang selalu bergerak dengan brutal dan senyap. 

Tak butuh waktu lama, berita kekalahan Not A dalam insiden baku tembak dengan tentara dan rencana eksekusi publik Kamerad Seples Utuh tersiar di layar kaca dan surat kabar, baik media lokal dan internasional. 

"Presiden kita rupanya ingin flexing seberapa adidaya-nya dia, haha." Ucap Umum di pesta internal organisasi merayakan keberhasilan misi mereka. Di pesta itu, Umum yang menjadi bintang utama di misi genosida Not A mendapat pujian langsung dari atasan tertinggi Organisasi Rahasia.

Waktu bergulir begitu cepat. Sudah banyak misi lain setelah baku tembak itu, yang dijalaninya sukses tanpa cela. Umum juga sering menjadi bintang utama nyaris di setiap misinya. Berbagai kegemilangan dari aksinya itu di kemudian hari mengantar Umum yang berusia 28 tahun, mendapat mandat dari atasan tertinggi untuk memegang jabatan prestisius organisasi.

Dan berkat jabatan itu pulalah yang kini membawa Umum duduk di singgasananya yang empuk. Bersama tiga tukang becak lain yang lebih senior, Umum mangkal di depan Balai Arkeologi.

-BERSAMBUNG | NEXT CHAPTER : JUMAT, 14 APRIL 2023 


jika berkenan silakan tulis tanggapan kalian di kolom komentar. terima kasih :)

Posting Komentar

0 Komentar