Lah Nggak Jadi Mati? - Prototype Cerita [03]


"Lah nggak jadi mati, Pak?"
"Kalau jadi gak ketemu kamu, tolol!"
"Masa ga buntung?" 
"Bangsat."

***

"Sebentar, pak." Umum melongo, sambil memijit dahi kepala dengan jempol. Sementara di tangan yang sama, telunjuk dan jari tengah mengapit sebatang rokok menyala. Gestur demikian menjadi ciri khas pemuda bertubuh ceking itu tiap sedang memikirkan sesuatu dengan serius. 

Umum berupaya keras menarik sebuah konklusi dari cerita barusan. Umum mengatakan, intinya, karena ketabrak becak lantas pak Wagyo menjadi tukang becak. Begitu, bukan? Lelaki tua itu melempar senyum mendengar pemaparan Umum. 

"Terus, di mana romantisme yang bapak bilang diawal?" protesnya. 

Saking bingung dengan kesimpulannya yang buntu, Umum mengacak-acak rambutnya sendiri dengan tangan yang sama dan rokok yang diapitnya tadi memercikan bau bakaran sate usai rambutnya tak sengaja kobong.

Pak Wagyo lagi-lagi hanya menanggapi dengan senyuman. Bukan senyum karena melihat tingkah bingung Umum, melainkan karena di benaknya sekarang ia sedang melayang mengingat rangkaian momen sepersekian detik setelah tubuhnya dihantam becak.

***

26 tahun lalu di jalanan kota Railok.

Wagyo akhirnya mati. Persis sedetik sebelumnya, nyawanya kecabut setelah becak yang ngebut menghantam keras tubuhnya. Setidaknya, begitulah yang saat itu diyakini oleh si pemuda frustasi, di dalam benaknya.

Di perjalanan menuju alam kematiannya, Wagyo begitu yakin bahwa tak lama lagi dia bakal dipanggang neraka. "Tak ada tempat yang layak untuk orang sepertiku yang berlumuran dosa, selain neraka. Surga? Jangan harap!" Dan praduganya, itu benar.

Sepersekian detik setelah mengalami mati, Wagyo merasakan hawa-hawa neraka sedang menyambutnya. Ada sejenis sensasi panas, perih juga nyeri yang perlahan mulai menjalar lewat sebelah kakinya. 

Tapi Wagyo heran. Mengapa panas perih dan nyeri itu rasanya nggak jauh beda seperti saat lututnya kegasruk setelah disleding gonzales sewaktu main bola di kampung? "Ini beneran neraka? Kok gini doang?" batinnya, sedikit meragu.

Di depan Wagyo, tak ada objek apapun yang bisa dilihatnya. Indera penglihatan cuma menangkap semburat cahaya kemerahan yang menyilaukan. Lalu begitu dekat dengan telinganya, ia mendengar suara. Sejenis jeritan, erang kesakitan sekaligus deru nafas yang tersengal-sengal.

Sedari tadi agaknya Wagyo merasa tubuhnya sedang dibawa terbang, melayang ke suatu alam yang entah. Tetapi ini makin aneh, Wagyo membatin. Ia merasa sedang terbang tetapi kenapa beberapa kali tubuhnya seolah tersentak? Apakah tubuh itu nabrak-nabrak awan? Kini Wagyo sungguh tak yakin.

Pelan-pelan, Wagyo merasa ada kehangatan dari tubuh manusia lain yang bukan dirinya, yang nyalur ke tubuhnya. Semacam kombinasi antara : rangkulan tangan yang membekap tubuhnya erat, helaian rambut yang nyentuh dan hampir kemakan mulutnya, juga, tangannya seolah terpantul ketika tak sengaja nyenggol tonjolan empuk yang entah. 

"Kematian, apakah benar sepuitis ini rasanya?" Wagyo tersenyum, membatin. 

***

"Minggir! Minggir!" Detik itu, berbarengan dengan terdengarnya teriakan sumbang itu, Wagyo perlu meragukan seutuhnya fantasinya sendiri. Memang benar saat itu ia masih merasa dirinya sedang dibawa terbang, tapi jelas, itu bukan ke surga atau neraka. Wagyo masih ada di dunia dan bernyawa.

Perlahan kedua matanya membuka. Begitu melek sempura, kini Wagyo mendapati dirinya di dalam sebuah becak yang sedang melaju kencang di jalan beraspal. "Minggir! Minggir!" sekarang Wagyo tahu, itu teriakan si tukang becak yang mengayuh edan-edanan, memaksa yang lain menepi biar roda tiganya bisa melenggang dengan bebas tanpa hambatan. 

Lalu Wagyo tersentak hebat saat mulai menyadari situasi yang terjadi di dalam becak ini. Persis di sampingnya, seorang perempuan muda berbadan dua mendekap dan memeluknya, dan tiada henti mengerang menahan kesakitan dengan menarik nafas tak beraturan. 

Menyadari itu Wagyo langsung ngefreeze. Mulut membisu sekujur badan membatu seiring dengan laju becak yang terus melesat, serta perempuan hamil ngos-ngosan yang tak melepas pelukannya.

Belum usai kaget yang tadi, Wagyo kembali kaget kesekian kali ketika becak itu ngerem mendadak dan nyaris membuatnya terjungkal. Tukang becak itu ngomong sesuatu yang sekalipun tak bisa ia dengar dengan jelas, tetapi Wagyo paham si tukang becak menyuruhnya untuk membawa itu perempuan hamil masuk ke dalam rumah sakit.

Tubuhnya gerak otomatis, turun dari becak, menggendong perempuan itu dan buru-buru berlari. Sebelum sempat kakinya ngibrit, kerah belakang bajunya dicengkeram tukang becak tadi. "Bayar dulu, tolol!" Terpaksa, sambil membopong tubuh perempuan yang tak dikenalnya, Wagyo merogoh saku celana jeans lusuhnya dan ngasih sekian perak uang seadanya. 

Wagyo menemani perempuan itu mempertaruhkan nyawa di ruang persalinan. Dokter memintanya berdiri di sisi kiri ranjang. Membiarkan tangan kasarnya digenggam tangan mulus itu serta merelakan rambut diacak-acak dan dijambak oleh perempuan yang sibuk ngeden. 

Seberapa lama proses kelahiran itu, Wagyo nggak ngeh. Yang jelas, kini perempuan itu meleguhkan nafas panjang dan terdengar tangisan bayi yang kaget setelah kesentuh tangan dokter. 

"Mas, selamat. Anaknya perempuan, cantik seperti ibunya." 

Wagyo lebih kaget dibanding si bayi ketika dokter menyodorkan tubuh mungil telanjang itu ke dirinya. Wagyo menggendong si bayi, lalu mengadzani sebelum membiarkan lelap dalam dekapan ibunya yang terbaring sambil melempar senyum lega.

***

"Begitulah aku ketemu istriku, Mum." Ucap pak wagyo, matanya nyaris menangis. Lelaki tua itu menyeka butiran air matanya dengan tangan yang gosong bekas kebakar matahari.

"Terus, pak?" Hanya kalimat itu yang terus Umum ucapkan sedari tadi.

"Singkatnya, aku kembali bisa ngomong, Mum. Terus ngelurusin salah paham, ngaku kalau aku bukan suaminya."

"Lah, nggak jadi nikah sama perempuan itu, kalau begitu?"

"Sebentar, ceritanya masih panjang."
"Tadi bilang singkatnya. Dasar orang tua inkonsisten!" gerutu umum, dalam hati, tentu saja.

-BERSAMBUNG | NEXT CHAPTER : JUMAT, 28 APRIL 2023 


jika berkenan silakan tulis tanggapan kalian di kolom komentar. terima kasih :)

Posting Komentar

0 Komentar