Fragmen 01 - Tenang | Harmo



Harmo tidak tahu kapan gilirannya tiba. Dalam ketidaktahuan, menanti ia sepenuh tenang. Sejenis tenang yang mengerikan, yang karenanya, ia kerap dicap sebagai pembunuh kecemasan. 

Sekalipun julukan itu terdengar keren, Harmo tak pernah mendongakkan kepala atau memicingkan mata. Karena ia tak punya keduanya.

Sekurangnya seperempat jam sebelum sekarang, Harmo masih utuh bersama lima belas rekan se-almamater. Dalam ruang yang sangat sempit, ia dan lima belas yang lain berdiri berjejer sekaligus berbaring, dempetan nyaris tak berjarak. 

Biar sesempit apapun ruangan, gak satupun dari berenam belas itu yang berniat nyeleweng dari tenang yang semestinya selama menanti giliran. Sebab di dunia mereka, ketenangan sudah menjadi semacam laku spiritual, pegangan kehidupan. 

Setiap rokok akan selalu tenang, tidak peduli tergeletak diabaikan atau dalam keadaan membara terbakar. "Ini adalah keimanan!" kata Harmo, senyap tanpa suara.

***

Posting Komentar

0 Komentar