Bukan Kolam Ikan Puisi - Rilisan #9

_____________________________
_____________________________
[1] Interogasi
.....
Wahai anak muda, 
kau kedapatan mengkonsumsi ekstasi 
dengan barang bukti diselundupkan 
dalam narasi ekspektasi yang diracik 
oleh kepalamu sendiri. 

Sekarang jawablah 
tanyaku dengan jujur :

Mengapa kau bersikeras 
hendak mencuci asumsi 
dengan sejumput garam 
asam lambung?
.....
_____________________________
_____________________________
[2] Kesaksian  Terakhir
.....
Aku bersaksi di bawah 
kelap-kelip stiker whatsapp :

Kau tercantik dalam gelap.
kau gelap dalam harap.
kau harap yang kadang
bikin sesak, pengap.
tapi kadang, bikin hidup
gemerlap.
.....
_____________________________
_____________________________
[3] Menungsa
.....
Aku memeluk malam 
mendekap aksara.
Mencium mesra bibirnya 
rasakan aroma kata.
Meraba organ intim pada
lekukan kalimat rasa.

Menelanjangi paragraf 
tanpa sehelai busana. 
Bersenggama, desahan syahdu 
dari rima puisi romansa.
Hingga klimaks, 
Membuahkan kesadaran 
untuk jadi manusia
.....
_____________________________
_____________________________
[4] Sendawa Puisi
.....
Kran kamar mandi yang ngiler 
penuhi ember penampungan 
sampai meluber oleh ulah air 
yang mengolah nada musik 
dengan skill cerdik 
serupa dewa Blues Jimmi Hendrix.

Harmoni melodi diterima kupingku 
sebagai puisi yang melonglong 
dan meronta dalam kepala 
yang buntu dan cenderung jemu 
menanti balas pesan whatsappmu.

Sedang kata dalam puisi 
seakan puasa menahan lapar dahaga 
sampai notif mencuat 
terbit di timur beranda.
mungkin canda membius 
lancang menyinggung 
batas portalku dengan serius. 

Hingga aku keselek belukar rasa 
yang resah bertaruh melahirkan 
sendawa puisi berikutnya.
.....
_____________________________
_____________________________
[5] Buruh Chatting
.....
Bawa pamflet pesan chat ini
ke birokrasi whatsapp setempat.
teriaklah lantang via voice note 
dan nyanyikan anthem perlawanan 
buruh, kelas pekerja bersatulah!

rendahnya upah minim responsif 
adalah penghisapan perasaan 
yang kejam dan tak sebanding 
dengan dedikasi kaum proletaria 
yang berkeringat memproduksi 
topik-topik obrolan market wa.
hei kaum borju pemilik modal!
tuntutan kami perihal kenaikan gaji
janganlah sebatas diread doang!
yang kami harapkan dan inginkan
adalah kesetaraan berbasis kemesraan, 
ideologi pink kasih sayang.

dan teruntuk kau, maha-sista.
mari turun ke jalan dan bergabung 
dalam barisan rakyat miskin kuota.
tak usah cemas bila direpresi 
moncong stiker yang ciderai 
laju demokrasi percakapan 
yang semestinya manusiawi.

hei, jangan takut.
sebab revolusi cinta hanya berlabuh
setelah melewati satu titik plang
di persimpangan lampu merah dan 
perlu menyatakan komitmen serius:
belok kiri jalan terus!
.....
_____________________________
_____________________________

Posting Komentar

2 Komentar