_____________________________
_____________________________
[1] Hormat Kami Untuk Lord Didi
.....
Hormat kami untuk lord Didi.
Berjasa bagi aliansi patah hati.
Arus perlawanan muda-mudi
haus kasih sayang.
Perihal cinta sungguh
menyakitkan,
Menoreh luka terdalam,
Ciderai perasaan,
Menangis di pementasan.
.....
_____________________________
_____________________________
[2] Merem
.....
Tidur kepagian.
Bangun kesiangan.
Malam mendatang
tetap berulang.
Putaran lingkaran berakhir
entah sampai kapan?
Malam yang menantang,
Sanggupkah kau melawan?
Lantang kau katakan,
Libas semua setan!
"Tapi tolong", katamu.
"Sekali ini saja", kau memohon.
Kau bilang, "Aku ingin terpejam".
Merebahkan segala kepenatan,
Menstabilkan kekalutan pikiran.
"Wahai mata", ucapmu putus asa.
Tolong, merem dong!
.....
_____________________________
_____________________________
[3] Menuju Pantas
.....
Aku kotor sekali.
Ingin bergegas mandi.
Menggosok rasa,
Menyikat empati.
Berkumur dengan air nurani.
Melumuri jiwa dengan
sabun toleransi.
Bersihkan hati, rontokan
kerat duniawi.
Lalu berwudhu, dengan
secangkir kopi suci.
Mengalirkan kebaikan
tanpa tendensi.
Namun, gejala kekeringan
mengeliminasi.
Mungkin tayamum
ku lakukan sesekali.
Masih menghitam dan
keringat menetes deras.
Badai topan menghamburkan
debu yang belum tuntas.
Biar lambat ibadahku,
perlahan menuju pantas.
.....
_____________________________
_____________________________
[4] Sesudah Rencana
.....
Yang satu mati dibunuh rencana,
satu yang lain reinkarnasi
tanpa rencana apa-apa.
lahirnya, begitu saja.
dan satu yang baru ini,
sedang sibuk gladi resik
serah terima kekalahan,
mati yang kesekian.
Kita sumpel saja mulutnya,
sebelum merapal janji keseriusan.
sebelum berbusa obral keoptimisan
yang bakal basi di tengah jalan!
hubungi kontak yang tertera
bila berkenan booking kavling
kuburannya, ya.
.....
_____________________________
_____________________________
[5] Dokter Spesialis Kesadaran
.....
Perasaan mual-mual.
pikiran mimisan.
Mama bilang,
"itu gejala sok ngintelektual".
aku cemas, khawatir salah
nelan pil argumentasi.
Aku bergegas periksa ke dokter
ahli kesadaran diri sendiri.
dokter itu bilang,
"Mas, itu kadar pretensius-mu
sudah kelewat ketinggian, eh".
Mendengar diagnosanya,
aku lunglai, jatuh pingsan.
dokter menawarkan resep
obat mujarab anti ketololan.
tetapi aku menolaknya,
sebab ku pikir aku
kritisnya di atas rata-rata.
Dokter tersenyum,
ditusuknya kulitku
dengan jarum suntik
berisi teks buku-buku tebal
kadar nutrisi tinggi, jelas bergizi.
"Kamu akan sembuh,
perbanyaklah membaca".
setidak-tidaknya, ia meneruskan :
baca ulang chatmu dengannya
yang hingga kini tak terbaca,
apalagi dibalasnya.
Hei dokter, tolong!
aku ingin menyublim
menjadi cairan infus.
.....
_____________________________
_____________________________
Post a Comment