_____________________________
_____________________________
[1] Interpretasi
.....
Kalau kau tarik aku,
dan telanjangi bagian anu,
tentu yang kau temu
adalah rudal membisu.
yang dalam damai hening
dalam naungan rerumputan hitam,
yang tidur mendekur penuh kecemasan
dan mempertanyakan,
"Kapan si tuan mempergunakan?".
Semoga nanti,
andaikata sudah legal.
Ya wajar bila kau temukan
aku sekedar anu.
Wajar bila kau menilaiku
semacam itu.
Wong hanya itu
yang dilihat matamu.
Sedang dalam diriku,
tak sekedar perangkat vital,
yang lugu diam kala keramaian,
namun berdansa liar dalam kesunyian.
Ada seribu lapisan yang
tersirat dalam jiwaku
yang tak terjangkau
ranah interpretasimu.
Sebab kau hanya lihat aku
dari sudut sempit lubang pipis.
Menjadi wajar bila kau nilai aku
tabu dan saru.
Dan aku tak gentar
dengan pembredelan,
Mendengar omong kosongmu
tentang moral.
Memberi seribu satu permakluman,
Khusus untuk kamu yang sialan!
.....
_____________________________
_____________________________
[2] Masturbasi Eksistensi
.....
Kawanku yang bajingan.
mengabadikan suasana jalanan
dengan video rekaman.
satu tangan menarik gas
motor metik kreditan.
tangan yang lain,
masturbasi eksistensi kekinian.
Agenda pagi berkumpul
dengan kawan sejalan.
janji ketemu sudah
hampir satu bulanan.
begitu datang,
nihil akan obrolan.
masing-masing membatu,
hipnoteria layar dalam genggaman.
sebab gawai horizontal,
esensi menghilang.
Suatu malam larut dalam
majelis pengajian.
mencari makna dari tutur kata
obat ketentraman.
ketika doa mulai dipanjatkan,
aku kaget bukan kepalang.
melihat sekelilingku,
tak lagi menengadahkan tangan.
melainkan rekam dan rekam
dan live serta posting di Instagram.
Terdengar doa-doa dari
pancaran flash light ponselnya,
"Ya tuhan, semoga like dan komentar
always berlimpah, pah, pah, pah!".
.....
_____________________________
_____________________________
[3] Tongkat Selfie
.....
Matamu tajam natap kamera.
kamera capek dipendelikin matamu.
matamu nggak puas lihat potretmu.
Potretmu kebanyakan,
setipikal.
berdesakan di dalam
galeri yang miris.
galeri udah bilang :
memorinya kepenuhan!
dituntut memanjakan
kau punya kenarsisan.
"Apa kau bilang?"
satu potret lagi?
innalillahi, ponsel mati.
Turut berduka cita
atas gagalnya ngepost
pose selfie yang xixixi.
.....
_____________________________
_____________________________
[4] Jengkel Kau, Hei Bulan?
.....
Sedang bulan pun jengkel.
capek-capek ia bersolek
berdandan dengan kilau
cahaya anggun terang
menghias hampa malam,
tetap saja dicuekin manusia
yang sibuk hapean.
.....
_____________________________
_____________________________
[5] Pelajaran Purnama 24 Sks
.....
Bulan kalang kabut
diserbu serdadu awan.
sejenak sinarnya menghilang
ditelan gumpalan hitam.
Seandainya sang bulan
khusyu' di peraduan,
ku pastikan kakinya kuat
mencengkram langit,
tabah mengarungi sakit,
hingga hitam lekas pamit.
Atau misal sang bulan
bergerak melawan awan,
ku pastikan ia tak henti
sikut kabut sikat pekat,
sedikitpun tak takut
pada hitam yang akut.
Hingga padam berangsur
beralih jadi cahaya terang
pada malam ketika aku terbuai
oleh cantiknya engkau
yang terbilang sempurna
dan tiada bandingnya.
.....
_____________________________
_____________________________
Posting Komentar