Sejak arang dipatah aral,
gelisah menjelma puisi
yang vandal.
Pada zaman ketika perang
tak lagi perlu parang,
baik dendam, cinta,
kasih dan kasian,
saling tukar peran
dalam puisi artifisial.
Jangankan engkau, hei!
bahkan berang-berang pun
ikut berang dengar kabar puisi
perlu berdandan komersial
biar laku jualan di pasar.
Meski endingnya kesasar
dan tak nemu jalan pulang.
Sebab segala penentuan,
adalah makanan,
bukan pemaknaan.
apalah itu pemaknaan,
nggak bikin kenyang!
Posting Komentar