Kamu tepis imanku yang tipis.
Merobek lancang kertasnya
di pinggiran kanan.
Bolongnya kekal bekasnya
kesiram air mineral,
tempias melebar.
Makin ke sana,
dosa mendekat ke sini.
Menggigil doa-doa
kala lakban selimuti rona rohani
yang merana melawan durjana
yang menghambat roda perputaran pahala.
Kau ruwetkan bias batasan
kebenaran dengan kebinalan.
Kamu suka yang abu-abu
dan ngeblur.
labur kesaksian sakralku
perlahan kabur,
kertasnya hancur lebur
menjelma jadi bubur,
seiring sang waktu
mencoreng tinta hitam
yang meluncur menjelang temaram
dari lajur kiri silit ubur-ubur
yang terlilit hutang perjanjian
dengan setan yang menyenangkan.
Posting Komentar